MBAH TOHARI'S FAMILY

Komunitas Keluaraga Eyang Anom Sari

Senin, 18 Maret 2019

Sesaji Tri Tunggal Suci

Sesaji Tri Tunggal Suci
SESAJI TRI TUNGGAL SUCI
Berkembangnya pola hidup modernisasi di Indonesia menjadikan bentuk tradisi daerah dan laku spiritual semakin ditinggalkan. 

Bahkan yang parahnya lagi banyak orang yang tidak memperdulikan ataupun menganggap remeh peninggalan-peninggalan para leluhur dalam bentuk karya ataupun sebuah tempat yang diangap kramat semisal candi, sendang, punden dll. 

Energy-energi alam semakin tertutup dengan tumbuhnya modernisasi yang mengakibatkan ketidak seimbangnya antara manusia dan alam. 

Untuk itu Sesaji Tri Tunggal Suci disajikan salah satu fungsi yang utama adalah untuk membuka kembali aura-aura atau energy positif yang terkandung dalam alam nusantara ini.

Bentuk-bentuk ritual yang dewasa ini telah menggunakan Sesaji Tri Tungal Suci antara lain:
  1. Sesaji Alam/ Tali Panguripan;
  2. Sesaji Leluhur/ Tali Pancer; dan
  3. Sesaji Gusti/ Sang Pencipta.

Sesaji Tri Tunggal Suci dapat membuka aura positif dalam diri manusia maupun alam sekitar kita sehingga manusia bisa hidup harmonis dengan alam dan lingkungan sekitar.

Keyakinan akan perluanya sebuah bentuk sesaji/ persembahan kepada alam, masyarakat Jawa muncul secara cultural sebagai akal budi kesadaran jiwa. 

Betapa pentinya hidup bersih dan mulia secara luas. 

Selalu mawas diri, menilai dan mengkoreksi perbuatan sehari-hari yang disengaja maupun tidak, atau pengaruh karena lingkungan. 

Dengan melakukan intropeksi diri terus-menerus sehingga tercapainya kwalitas diri yang diharapkan mencapai keharmonisan damai sejahtera dan indah sebagai insan hamba Allah. 

Masyarakat Jawa percaya bukan hanya badan yang dibersihkan tetapi jiwa, akhlak, dan mental perlu disucikan supaya tidak mudah dihancurkan oleh:
  1. Sang waktu, dan
  2. Sang kala (bethara kala). 

Begitu juga sebenarnya badan kita perlu semua dibersihkan dan diperbaharui untuk dapat bertahan menghadapi sang waktu, sang kala (bethara kala).

Itulah yang disebut bersih diri meruwat sekaligus buka aura, sinar dari badan memancar.

Rincian Dan Makna Sesaji Tri Tunggal Suci
1. Sesaji Alam/ Tali Panguripan
Dalam penyajian Sesaji Alam/ Tali Panguripan selalu disandingkan dengan bunga, yang bagaimana bunga selalu memancarkan aroma harum. 

Dapat diartikan bahwa jalan hidup manusia dalam Sesaji Alam/ Tali Panguripan akan selalu memberikan keharuman dalam tingkah laku yang dilakukan setiap insan baik jiwa, raga, lahir batin kepada sesama. 

2. Sesaji Leluhur/ Tali Pancer
Sesaji Leluhur/ Tali Pancer yang menjalar keatas melambangkan kita untuk saelalu ingat bahwa hidup manusia jiwa, raga, dan sukma untuk selalu menyatu dan menyembah kepada Tuhan YME. 

Yang melambangkan bahwa manusia akan wangsul/ pulang kembali kepada sang pencipta untuk itu agar selalu intropeksi dan mawas diri. 

Bahwa siapapun manusia adalah hidup menetepi kodrat dari sang ilahi. 

Dari symbol ini adalah manuggalnya rasa antara jiwa, raga dan sukma untuk tetap golong-giling dalam menjalani kehidupan dengan memahayu hayuning diri.

3. Sesaji Gusti/ Tali Sang Pencipta
Sesaji Gusti/ Tali Sang Pencipta adalah sesaji yang pertama kali disajikan yaitu untuk symbol kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Dengan makna bahwa sembah kepada Tuhan akan penguasa dan terciptanya jagad wetan, jagad kulon, jagad, kidul, jagad lor disetiap penjuru dunia. 

Sesaji Gusti/ Tali Sang Pencipta melambangkan bagaimana adek-adek dalam diri manusia. 

Kehidupan yang jumlah maksimal angka dasar, dari sembilan elemen dalam kehidupan dalam diri manusia. 

Tiga Dupa menjalur keatas untuk menyatukan jiwa, raga dan sukma. 

Sesaji Dupa Krisna Mukti
Jumlah Tiga Dupa seluruhnya adalah sebelas sebagaimana mempunyai arti meminta kawelasan dari Tuhan sang pencipta. 

Dupa ditancapkan sebagai keseimbangan, begitu pula dalam setiap diri manusia harus memperhatikan akan keseimbangan dalam segala kehidupan yang membakar habis mencapai kesempurnaan Hidup di Dunia menuju keabadian akhirat.

Sesaji Kembang Telon
Dalam sesaji Tri Tunggal Suci menggunakan Bunga Telo  atau Kembang Telon.

Bunga Telon atau Kembang Telon adalah kumpulan bunga yang terdiri tiga macam bunga. 

Bunga yang bisa digunakan meliputi:
  1. Bunga mawar putih, mawar merah, dan kantil. 
  2. Bunga mawar, melati, kenanga. Atau 
  3. Bunga mawar, melati, kantil.

Telon berasal dari kata telu (tiga) dengan harapan agar meraih tiga kesempurnaan dan kemuliaan hidup (tri tunggal suci sampurna) yaitu:
  1. Sugih banda, 
  2. Sugih ngelmu, 
  3. Sugih kuasa 
(Kaya harta, Kaya ilmu, dan Kaya Posisi). 

Bunga Telon yang terdiri dari bunga mawar, melati, Kantil yang memiliki kesempurnaan.
1. Bunga Kantil 
(Kembang KANTHIL, kanthi laku, tansah kumanthil)
Atau simbol pepeling bahwa untuk meraih ngelmu iku kalakone kanthi laku. 

Lekase kalawan kas, tegese kas iku nyantosani (Serat Wedhatama). 

Maksudnya, untuk meraih ilmu spiritual serta meraih kesuksesan lahir dan batin, setiap orang tidak cukup hanya dengan memohon-mohon doa. 

Kesadaran spiritual tak akan bisa dialami secara lahir dan batin tanpa adanya penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari (lakutama atau perilaku yang utama). 

Bunga kanthil berarti pula, adanya tali rasa, atau tansah kumanthil-kanthil, yang bermakna pula kasih sayang yang mendalam tiada terputus. 

Yakni cirahan kasih sayang kepada seluruh makhluk, kepada kedua orang tuanya dan para leluhurnya. 

Bukankah hidup ini pada dasarnya untuk saling memberi dan menerima kasih sayang kepada dan dari seluruh makhluk. 

Jika semua umat manusia bisa melakukan hal demikian tanpa terkotak-kotak ragam “kulit” agama, niscaya bumi ini akan damai, tenteram, dan sejahtera lahir dan batinnya. 

Tak ada lagi pertumpahan darah dan ribuan nyawa melayang gara-gara masing-masing umat manusia (yang sesungguhnya maha lemah) tetapi merasa dirinya disuruh tuhan yang Maha Kuasa. 

Tak ada lagi manusia yang mengklaim diri menjadi utusanNya untuk membela tuhan Yang Maha Kuasa. 

Yaah, mudah-mudahan untuk ke depan tuhan tak usah mengutus-utus manusia membela diriNya. 

Kalau memang kita percaya kemutlakan kekuasaan Tuhan, biarkan tuhan sendiri yang membela diriNya, biarkan tuhan yang menegakkan jalanNya untuk manusia, pasti bisa walau tanpa adanya peran manusia! 

Toh tuhan maha kuasa, pasti akan lebih aman, tenteram, damai. 

Tidak seperti halnya manusia yang suka pertumpahan darah!! 

Seumpama membersihkan lantai dengan menggunakan lap yang kotor.
2. Bunga Melati 
(Kembang MLATHI, rasa melad saka njero ati).
Dalam berucap dan berbicara hendaknya kita selalu mengandung ketulusan dari hati nurani yang paling dalam. 

Lahir dan batin haruslah selalu sama, kompak, tidak munafik. 

Menjalani segala sesuatu tidak asal bunyi, tidak asal-asalan. 

Kembang melati, atau mlathi, bermakna filosofis bahwa setiap orang melakukan segala kebaikan hendaklah melibatkan hati (sembah kalbu), jangan hanya dilakukan secara gerak ragawi saja.

3. Bunga Kenanga 
(Kembang KENANGA, Keneng-a!)
Atau gapailah..! 
Segala keluhuran yang telah dicapai oleh para pendahulu. 

Berarti generasi penerus seyogyanya mencontoh perilaku yang baik dan prestasi tinggi yang berhasil dicapai para leluhur semasa hidupnya. 

Kenanga bermakna kenang-en ing angga. 

Bermakna filosofis agar supaya anak turun selalu mengenang, semua “pusaka” warisan leluhur berupa benda-benda seni, tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat, dan ilmu spiritual yang banyak mengandung nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom).

Ajaran Angka Tiga
Dalam ajaran agama angka tiga adalah angka sepesial, dalam ajaran islam angka tiga merupakan sunnah rosulullah, sedangkan dalam ajaran nasrani yaitu dikenalnya Yesus, Bunda Maria dan Allah. 

Sedangkan mereka yang memeluk Budhis dan Hindu dikenalnya Tri Tunggal maupun Tri Darma. 

Yang semua itu mempunyai makna dan tujuan yang sama.
☆☆☆☆☆

Sikilas Babat Dalem Majapahit

Babad Dalem Majapahit- Diceritakan Ida Pandita Hindu yang bergelar Usman Aji dan Ajisaka diutus oleh Ratu Hindu yang bernama Raja Ista...